Pesona Bandung
Bandung Diversity - Update Every Weekend
Senin, 19 November 2012
Secco Guitar, Hand Made asli Bandung
Gitar merupakan alat musik yang penting dalam bermusik. Bahkan hanya dengan iringan gitar saja, sudah cukup bagi artis top untuk menyapa penggemarnya.
Diakui oleh sejumlah artis musik, mendapatkan gitar dengan nada yang pas dan sesuai keinginan sangat sulit. Untuk mendapatkannya, bahkan harus berburu hingga keluar negeri mencari merek-merek gitar terkenal internasional. Padahal kualitas suara gitar tidak hanya ditentukan oleh merek. Namun bagaimana proses sebuah alat musik berdawai ini di produksi.
Di Kota Bandung, produksi gitar dengan kualitas suara “yahud” dapat dijumpai. Gitar ini dibuat “hand made” bukan pabrikan besar. Merek yang dipakai adalah Secco. Menurut pemilik usaha ini, Yosefat Wenardi, Secco ini memiliki arti upaya meningkatkan kualitas musik gesek.
Secco berlokasi di Jalan Tanjung Nomor 13 Kota Bandung, Jabar. Sebuah workshop di komplek perumahan elit ini sudah mulai membuat gitar hand made sejak tahun 1999. Disini, bukan hanya kualitas suara yang nomor satu, namun bentuk gitarnya pun merupakan salah satu yang terbaik. Tentunya karena menggunakan bahan-bahan impor khususnya untuk kayu solid sebagai badan gitarnya.
Wenardi kini sudah dapat disejajarkan dengan maestro pembuat gitar atau Luthier. Sebutan Luthier ini disandang karena ia menjaga kualitas gitar melalui pembuatan gitar hand made.
Lulusan Teknik Mesin ITB ini pada awalnya tidak tertarik dengan bisnis pembuatan gitar karena memang jauh dari ilmu yang didapat dari bangku kuliah. Namun setelah perkenalannya dengan pembuat gitar Bandung, Ki Anong, ia mulai menggeluti bisnis ini.
Baru pada tahun 2000, Wenardi membuka workshop di Jl. Tanjung Nomor 13 Kota Bandung. Disinilah ia mulai membuat gitar dengan merek Secco. Produk gitar Secco buatan Wenardi dan Ki Anong semakin harum di kalangan pecinta gitar di Indonesia. Jenis gitar yang fokus diproduksinya mulai dari classic guitar, folk guitar, dreadnought style, double/triple O, travel guitar dan sesekali memproduksi biola.
“Pada awalnya kami menjual gitar termurah 400 ribuan, saat itu harga dianggap mahal. Namun karena kualitas gitar buatan Secco memang bagus, banyak dibeli.”
Hal itu membuat ia berfikir, kualitas suara pada gitar menjadi hal utama dibandingkan dengan merek. Ia pun mulai selektif membuat gitar, kecuali jika ada pesanan. Bahan bakunya pun diperhatikan sebaik mungkin. Sehingga harga yang ditawarkan cukup tinggi. Agar kualitas gitar buatannya semakin ciamik, ia pun belajar ke luar negeri, yakni ke negara penghasil gitar berkualitas dunia seperti di Kota Madrid, Spanyol.
“Saya sangat tertarik ketika melihat langsung pembuatan gitar di Madrid. Di sana gitar sudah menjadi sebuah kebudayaan. Hampir setiap rumah, mereka serius memproduksi gitar,” katanya.
Sepulang dari Eropa, semangat Wen terus terpacu untuk memproduksi gitar-gitar berkualitas. Tidak perlu iklan di koran atau selebaran kertas untuk memasarkannya. Ternyata dari kepuasan pengguna Secco, nama merek ini semakin berkibar. Bahkan tidak hanya di dalam negeri saja tetapi juga ke luar negeri. Bukan hanya masyarakat pecinta gitar saja yang mulai mengoleksi, namun juga artis nasional seperti Toh Pati, Iwan Fals, Doni Suhendra dll.
Musisi top itu menyukai produk Secco karena menggunakan bahan baku berkualitas nomor satu , seperti African black wood, snake wood dan zebra wood. Menurut Wenardi, kualitas dari bahan kayu tersebut sangat cocok untuk menghasilkan suara yang bagus, kuat dan memiliki karakter tertentu.
“Biasanya untuk pesanan khusus 70 persen bahan baku impor. Tapi untuk produksi biasa kebalikan, bahan baku lokal yang 70 persen.”
Bahan lokal dari Indonesia seperti Indonesian rose wood, mahogany dan Makasar ebony juga dipakai. Karena merupakan produk hand made, maka menurutnya kapasitas produksi gitar sekitar 10 buah per bulan. Ia bahkan tidak segan untuk membuat sendiri pesanan dari artis atau tokoh tertentu.
Karena pesanan khusus itu maka harga gitar Secoo ini juga tergolong fantastis. Ia menyebutkan karena menggunakan bahan impor maha gitar dijual dengan dollar. Untuk custom atau pesanan minimal 2500 dolar AS. Biasanya pemesanan dilakukan melalui media internet, www.seccoguitar.com, namun cukup banyak juga pembeli yang datang ke workshopnya.
“Membuat alat musik gitar terkait dengan rasa, inilah yang membuat Secco berbeda.”
Senin, 30 April 2012
Kampung Seni Manglayang
Kampung Seni Manglayang
Jawa Barat (Jabar) banyak memiliki lokasi wisata budaya yang menjual suasana kampung yang asri. Di Bandung sendiri ada beberapa lokasi wisata kampung atau sering disebut segagai Kampung Seni. Seperti Kampung Seni Manglayang di wilayah Timur Bandung dan Kampung Kerajinan Wayang Golek di Bandung Selatan.
Lokasi kampung seni ini sekitar 3 kilometer dari jalan raya Bandung- Cileunyi. Kampung Seni Manglayang terletak di tengah pemukiman yang padat , Komplek Bumi Cinunuk Indah, Kampung Cibolerang, Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jabar.
Meski berlokasi agak tersembunyi, untuk mencapainya mudah saja. Sebab masyarakat di sekitar sudah mengetahui kampung seni tersebut , jadi jika salah jalan maka warga setempat akan memberikan petunjuk arah yang benar. Jalan masuknya tidak jauh dari rumah makan Ponyo atau sebuah mini market yang berada di Jalan Cinunuk.
Kampung Seni Manglayang dibuat secara mandiri oleh warga setempat bernama H. Kawi (51). Ia membangun sebuah lokasi yang asri itu sejak tahun 2005, namun baru resmi beroperasi bagi masyarakat umum pada tahun 2007. Saat itu kampung seni itu diresmikan oleh Gubernur Jabar saat itu, Danny Setiawan.
Pada tahun-tahun awal beroperasinya kampung seni, banyak agenda kegiatan yang berlangsung di tempat tersebut. Mulai dari seni benjang, wayang golek atau beragam kegiatan dan perlombaan seni tradisional Jabar. Bahkan Kampung Seni Manglayang sering dijadikan venue bagi penampilan seniman tradisi bukan hanya dari Jabar namun dari Jawa Tengah atau Jogjakarta.
Namun setelah memasuki tahun 2009 hingga saat ini agenda kegiatan di tempat tersebut mulai berkurang. Agenda kegiatan yang biasanya diselenggarakan rutin setiap pekan kini jarang ada. Paling tidak satu bulan sekali ada pagelaran, itupun hanya dihari sabtu atau minggu.
Diakui oleh pengurus kampung seni, akibat mulai jarangnya pagelaran, maka sejumlah fasilitas di tempat tersebut seakan kurang terurus. Terlihat banyak saung yang bocor, reyot bahkan beberapa hampir ambruk. Sehingga pengunjung sering menyatakan kurang nyaman jika bertandang ke tempat ini.
Harapan pengunjung yang datang ke tempat ini biasanya ingin menikmati beragam pertunjukan seni. Namun karena tidak adanya agenda atau jadwal pasti, terkadang saat datang tidak ada kegiatan atau sepi.
Padahal di tempat ini seni seperti seni religi, yaitu memuji Tuhan dalam bahasa Sunda, lalu ada seni pastoral, yaitu memelihara hewan ternak menjadi seni unik yang tidak pernah diselenggarakan dilokasi lain.
Kawi mengatakan karena tidak ada agenda rutin, maka bagi para pengunjung khususnya rombongan yang akan datang harus memberitahu terlebih dulu, hal itu agar pengelola mempersiapkan berbagai kesenian yang diminta.
Untuk masuk ke Kampung Wisata Manglayang tidak dipungut biaya tiket alias gratis. Namun jika ingin melihat pegelaran seni tentunya ada biaya, namun itu tidak mengikat. Inilah yang membuat berbagai pertunjukan dan pelatihan seni di Kampung Seni dan Wisata Manglayang ini menjadi daya tarik kuat pengunjung.
Sebagian pengunjung berasal dari warga Cibolerang, masyarakat Jawa Barat, Jawa Tengah, Kutai Kalimantan, dan sebagian lagi dari wisatawan asing, yakni Afrika, Jepang, Amerika, Cina, Singapura, dan Malaysia.
Kawi mengatakan banyak warga yang meluangkan waktu seusai kerja untuk berlatih menabuh alat musik tradisional dan mementaskan seni sehingga bisa dilihat pengunjung.
Tempat ini cukup luas karena dibangun diatas lahan seluas 1,8 hektare. Saat masuk kedalam Anda akan disambut oleh rimbunnya pepohonan serta saung yang dibangun dari anyaman bambu. Sehingga suasananya terasa damai dan tenteram. Membuat anda ingin berlama-lama di dalam kampung ini.
Kampung Seni Manglayang memang tempat yang asri. Ada sekitar 10 saung rumah panggung yang berdinding bambu. Saung-saung itu diberinama dalam bahasa Sunda sesuai dengan fungsinya. Misalnya saung saung untuk menyimpan alat musik dinamakan Saung Lodang. Lalu Saung Kamonesan, sebuah saung dua tingkat yang didalamnya terdapat benda-benda, seperti topeng dan wayang golek.
Lalu di sebuah saung bernama Saung Wreti, terdapat pula benda-benda yang lebih berupa peralatan rumah tangga, seperti gentong, caping, dan kentongan. Ada pula bangunan berupa lumbung padi bernama Saung Pawon, dimana di saung itu terlihat beragam peralatan dapur tradisional. untuk memasak.
Menurut Kawi, penataan ruang sengaja dibuat sebagai lokasi edukasi bagi pecinta seni dan budaya tradisional Jabar, khususnya seni budaya dibawah kaki Gunung Manglayang. Di kawasan kaki Gunung Manglayang memang terdapat beragam bentuk seni dan budaya. Beberapa di antaranya, seperti Wayang Catur, Benjang, Reak, Genjur, dan Ketuk Tilu Manglayang.
Sehingga selain ada saung yang digunakan sebagai tempat menyimpan peralatan seni atau untuk menginap tamu, dibuat pula dua panggung utama yang lokasinya saling berhadapan. Panggung itu dibuat untuk menampilkan berbagai gelaran seni. Selain itu ada pula ruang kecil untuk pertandingan benjang.
“Latihan di sini berdasarkan pada kebiasaan warga sekitar saja. Biasanya sehabis beraktifitas pada siang hari, mereka (warga) datang ke sini. Lalu mulai latihan apa saja, mulai dari nabuh gamelan, atau menari,” kata Kawi.
Meski terlihat kurang terurus, namun Kampung Seni Manglayang menjadi salah satu lokasi yang pantas bagi Anda untuk menikmati rimbuna pepohonan dan suasana “ngampung di Bandung”.
Langganan:
Postingan (Atom)