Minggu, 25 Desember 2011

Nyari Tape Mobil di Jalan Karapitan, Bandung


Beberapa mobil nampak berjejeran di sepanjang Jalan Cihapit, Kota Bandung. Nampak Honda Jazz warna Kuning keluaran terbaru serta beberapa mobil sedan keluaran tahun 2000-an dengan bagasi belakang mobil yang terbuka.

Beberapa orang nampak sibuk sedang mengatur posisi speaker pada sebuah mobil yang diparkir di bawah rimbunnya pepohonan. Mereka adalah konsumen dan penjual yang sedang mereparasi tape mobil atau sedang mengganti salon/ speaker mobil.

Jalan Cihapit Kota Bandung sudah cukup lama dikenal sebagai pusat penjualan barang bekas, mulai dari tape mobil, knalpot, hingga kaset bekas. Namun seiring dengan perkembangan jaman, di jalan ini lebih banyak dijual tape mobil CD ataupun DVD.

Dulu yang dijual adalah barang bekas, namun kini hanya sebagian kecil yang bekas, selebihnya barang baru. Selain tape mobil, dijual pula TV mobil. Sehingga tak jarang sejumlah mobil mewah pun nongkrong di jalan ini untuk mengganti tape atau televisi mobil keluaran terbaru.

Dari penuturan pedagang yang sudah cukup lama berjualan di sini, harga jual produk di Cihapit bersaing dengan sentra-sentra penjualan audio mobil baru dan bekas lainnya di Kota Bandung seperti di Banceuy, Cikapundung dan Tegal Lega.

Untuk audio mobil bekas yang masih menggunakan mesin pemutar kaset dijual antara 200 ribu hingga 250 ribu. Sedangkan perangkat yang sudah menggunakan pemutar CD dijual antara 500 ribu hingga 550 ribu per buah.

Meskipun ada barang bekas, biasanya penjual lebih menyarankan untuk membeli yang baru atau yang masih disegel pabrik. Produk baru audio mobil dengan pemutar CD harganya cukup miring tergantung merek. Tape CD buatan China ditawarkan pertama oleh pedagang seharga 750 ribu. Sedangkan, produk tape merek ternama seperti Pioneer atau Sonny dijuala diatas satu jutaan rupiah. Dan , masih bisa ditawar. Mau tukar tambah pun bisa.

“Sekarang ini, memang kebanyakan konsumen membeli yang CD. Yang kaset sudah agak jarang. Biasanya yang kaset ditukar dengan yang CD terbaru,” kata Wahidin, yang sudah belasan tahun berjualan di Cihapit.

Selain perangkat utama audio, para pedagang juga menawarkan aksesor audio lainnya berupa power, speaker, dan tweeter yang rata-rata masih gres. Sebagian besar aksesori tambahan itu keluaran produk China.

“Kami mematok harga sama dengan toko saat harga awal, tetapi kami siap untuk ditawar, ya paling-paling 80 persen dari harga toko,” tegas nya.

Pasar audio mobil Cihapit memang menjadi salah satu tempat yang diburu konsumen, terutama dari kawasan Bandung dan sekitarnya. Tempat ini biasanya ramai saat Sabtu dan Minggu.

Lokasinya yang tidak jauh dari kawasan FO di Jalan RE Martadinata (Riau) membuat lokasi ini sering pula disambangi oleh pengunjung dari Jakarta.

liat lebih lengkap di www.koran-jakarta.com

Palasari yang Hidup Kembali

Buku Mahal? Tidak juga jika Anda tahu dimana haru membeli. Jika di Jakarta kita bisa datang ke sentra penjualan buku murah di Kwitang. Nah jika di Bandung, ada beberapa titik penjualan buku murah, paling dikenal adalah Palasari. Disini menjadi surga bagi penggemar buku, sebab buku apa pun yang Anda cari dijamin bakal ditemukan.

Koleksi bukunya beragam mulai dari buku sekolah, kuliahan, berbagai bidang keilmuan, novel, kumpulan cerpen dll.

Pasar Palasari, disebut demikian karena tempatnya meirip dengan pasar tradisional kebanyakan. Di namakan Palasari karena letaknya berada di Jalan Palasari Kota Bandung. Ada sekitar 200 kios yang menjual beragam buku, baik terbitan dalam negeri ataupun buku terbitan dari luar negeri. Cocok jika disebut sebagai lokasi one stop shoping for book!

Selain dikenal sebagai pasar yang menyediakan segala macam buku, pasar yang tidak pernah sepi pengunjung ini juga sangat memanjakan konsumennya dengan harga yang murah. Pengunjung dapat melakukan tawar-menawar harga, sementara penjualnya pun tidak sungkan memberikan diskon. Harga buku yang dijual ditempatnya selalu ada diskon, besarannya antara 20 persen hingga 50 persen.

Inilah yang membuat Palasari tetap eksis hingga saat ini. Para pedagangnya tetap kembali membuka atau merenovasi kios-kiosnya meski beberapa kali terkena musibah kebakaran. Untuk diketahui pasar ini dua kali mengalami kebakaran, yakni tahun 1993 dan tahun 2007 lalu. Separuh dari kios yang ada ludes. Namun kini, geliat penjualan buku murah sudah mulai ramai kembali.

Pada awalnya, pasar buku ini lebih banyak menyediakan buku-buku pelajaran murah bagi pelajar, mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Dan sampai kini, konsumen pelajar merupakan konsumen utama dari Palasari. Seiring perkembangan waktu, maka Palasari tidak hanya menjual buku pelajaran saja. Pedagang mulai menjual buku-buku umum seperti novel, majalah buku-buku yang sedang populer saat ini. Untuk buku umum, diskonnya memang tidak terlalu besar.

Selain menjual buku-buku, pedagangnya pun menjual jasa penyampulan buku dengan harga yang sangat terjangkau. Kisaran harganya antara 2 ribu hingga 3 ribu perlembar buku. Namun sekali lagi, ada bisa mendapatkan sampul gratis, karena biasanya setiap membeli buku-buku di Palasari sudah langsung mendapatkan sampul.

Pengunjung pasar buku palasari selain pelajar dan mahasiswa seputaran kota Bandung, juga banyak yang datang dari luar kota seperti Jakarta, Depok, Bekasi, dll. Bahkan ada pengunjung dari luar negeri yang mencari buku-buku langka karena di Palasari memang terdapat buku-buku yang langka di pasaran. Selain pelajar dan mahasiswa ada juga para profesional yang mencari buku-buku sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Bahkan untuk konsumen mahasiswa, hampir setiap hari selalu saja ada. Karena sudah belasan tahun berjualan, Odang bahkan sudah hapal kapan waktunya mahasiswa fakultas tertentu akan datang sementara dari fakultas atau jurusan lainnya akan datang pada bulan lainnya lagi.

Diktat perkuliahan atau buku-buku kedokteran tidak aneh ditemui di Palasari. Buku-buku lain yang hanya mahasiswa tertentu dapat membacanya pun bisa ditemui disini. Palasari menjadi asset ilmu yang tidak pernah habis di Kota Bandung. Benar-benar one stop shoping !!

Senin, 05 Desember 2011

Permainan Tradisional Jabar Dilombakan


Sejumlah orang dewasa nampak berbaris. Masing-masing memegang dua batang bambu. Bambu itu pada bagian bawahnya, dengan tinggi sekitar setengah meter dari aspal jalan sudah dibuatkan pijakan dari kayu, menempel kokoh pada bambu. Bambu yang dibuat seperti itu dinamakan enggrang. Di tanah Pasundan enggrang menjadi salah satu permainan tradisional.

Mereka bersiap untuk menaiki pijakan pada enggrang tersebut lalu berlomba berjalan mengelilingi kampus Unpad Bandung, Jalan Dipatiukur. Saat aba-aba mulai, mereka bergegas menaiki enggrang dan berjalan setengah berlari untuk menuju finish dan menjadi juara.

Mereka yang kebanyakan terdiri dari mahasiswa dan dosen itu sedang mengkuti Olimpiade Olah Raga Tradisional (OOTrad). Tahun ini Unpad menyelenggarakan OOTrad untuk yang keempat kalinya.

Olimpiade biasanya diselenggrakan untuk melombakan berbagai macam olah raga. Namun ini termasuk unik, olimpiade yang diselenggarakan merupakan permainan atau olah raga tradisional.

Dalam tiga tahun terakhir, sejumlah komunitas , kampus hingga pemerintahan di Jawa Barat cukup sering menyelenggarakan kegiatan olah raga namun yang melombakan permainan tradisional atau olah raga buhun (kuno). Apa yang dilakukan patut mendapatkan apresiasi, karena dengan cara seperti itu, dilombakan , maka masyarakat akan beramai-ramai menontonnya.

Masyarakat yang sebelumnya belum tahu ada sebuah permainan unik khas Jawa Barat , dengan dilombakan dalam sebuah event maka permainan itu menjadi dikenal atau diingat kembali. Salah satunya adalah permainan enggrang.

Enggrang adalah salah satu jenis kesenian dan akhirnya menjadi permainan tradisional Indonesia yang mendapat pengaruh dari budaya China. Enggrang yang mulai berkembang tahun 1960-an di Kabupaten Karawang Jawa Barat ini dikenal sebagai suatu pertunjukan yang diiringi berbagai alat musik tradisional Jawa Barat.

Enggrang terbuat dari 2 buah bambu yang tingginya mencapai dua hingga tiga meter. Sayangnya, saat ini enggrang sudah sangat jarang dimainkan, padahal dulu sempat dilombakan dengan pesertanya anak-anak.

Dalam gelaran OOTrad yang berlangsung di kampus Unpad Bandung, yang dilombakan tidak hanya marathon enggrang. Ada beberapa permainan atau olahraga tradisional yang dilombakan seperti ngaragaji awi, ngagandong boboko, nyuhun jukut, nanggung suluh, balap karung, manggul beas, dan ngagandong hui.

Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Unpad Trias Nugrahadi mengatakan kegiatan OOTrad yang ke-4 ini sebagai bentuk komitmen Unpad dalam melestarikan budaya Sunda. Meski saat ini pesertanya masih dai kalangan mahasiswa dan dosen saja. Atribut pesertanya pun sangat unik. Sebagian dari mereka mengenakan baju khas tradisional Jawa Barat.

Ngaragaji Awi, adalah lomba memotong kayu bambu dengan gergaji tangan. Setelah bambu terpotong, peserta akan melanjutkannya dengan berlari menuju kesebuah titik untuk meletakan potongan bambu tersebut, lalu kembali lagi untuk kemudian memotong bambu untuk kedua kalinya.

Nanggung Suluh, adalah lomba menggendong kayu bakar (suluh). Dua ikat kayu bakar masing-masing sebesar 15 kilo gram dipanggul lalu dibawa lari sejauh 50 meter. Peserta lomba ini harus memiliki kekuatan ekstra karena harus beradu cepat menuju finish dengan membawa beban berat.

Kegiatan urang kampung mencari rumput untuk pakan ternak juga menjadi salah satu permainan yang dilombakan. Memang, peserta tidak harus mencari rumput dikebun , karena rumput sudah disediakan panitia lomba. Lomba Nyuhun Jukut ini mirip dengan Nanggung Suluh, hanya beda barang bawaannya saja yakni rumput dalam karung. Beratnya sekitar 25 kilo gram dan harus dibawa lari sejauh 50 meter.

Nah, tiga kategori lomba tersebut lebih banyak diikuti oleh peserta pria, karena melombakan kekuatan. Dalam olimpiade olahraga tradisional itu banyak pula peserta wanitanya. Lomba yang diikuti diantaranya Ngagandong Boboko atau menggendong bakul.

Bakul itu berisi umbi-umbian dengan berat sekitar 15 kilo gram, dan harus dibawa lari sejauh 50 meter. Lomba lainnya adalah Manggul Beas atau menggendong beras. Balap karung dan Eyong yakni berjalan dengan satu kaki sementara satu kaki lainnya membawa batu kecil yang dijepit di jari-jari kaki, sejauh 25 meter.

Tingkah polah peserta lomba cukup menghibur penonton yang memadati areal olimpiade. Maklum saja , lomba ini tidak memperebutkan medali, namun lebih pada upaya pelestarian budaya Jawa Barat. Sehingga tidak jarang peserta lomba tertawa terpingkal-pingkal setiap kali membuat kesalahan. Sorak-sorai penonton semakin meramaikan lomba.

Perhelatan OOTrad ini juga dimeriahkan dengan terdapatnya stand-stand kuliner tradisional Jawa Barat seperti colenak, surabi, tahu gejrot, combro dll