Senin, 05 Desember 2011
Permainan Tradisional Jabar Dilombakan
Sejumlah orang dewasa nampak berbaris. Masing-masing memegang dua batang bambu. Bambu itu pada bagian bawahnya, dengan tinggi sekitar setengah meter dari aspal jalan sudah dibuatkan pijakan dari kayu, menempel kokoh pada bambu. Bambu yang dibuat seperti itu dinamakan enggrang. Di tanah Pasundan enggrang menjadi salah satu permainan tradisional.
Mereka bersiap untuk menaiki pijakan pada enggrang tersebut lalu berlomba berjalan mengelilingi kampus Unpad Bandung, Jalan Dipatiukur. Saat aba-aba mulai, mereka bergegas menaiki enggrang dan berjalan setengah berlari untuk menuju finish dan menjadi juara.
Mereka yang kebanyakan terdiri dari mahasiswa dan dosen itu sedang mengkuti Olimpiade Olah Raga Tradisional (OOTrad). Tahun ini Unpad menyelenggarakan OOTrad untuk yang keempat kalinya.
Olimpiade biasanya diselenggrakan untuk melombakan berbagai macam olah raga. Namun ini termasuk unik, olimpiade yang diselenggarakan merupakan permainan atau olah raga tradisional.
Dalam tiga tahun terakhir, sejumlah komunitas , kampus hingga pemerintahan di Jawa Barat cukup sering menyelenggarakan kegiatan olah raga namun yang melombakan permainan tradisional atau olah raga buhun (kuno). Apa yang dilakukan patut mendapatkan apresiasi, karena dengan cara seperti itu, dilombakan , maka masyarakat akan beramai-ramai menontonnya.
Masyarakat yang sebelumnya belum tahu ada sebuah permainan unik khas Jawa Barat , dengan dilombakan dalam sebuah event maka permainan itu menjadi dikenal atau diingat kembali. Salah satunya adalah permainan enggrang.
Enggrang adalah salah satu jenis kesenian dan akhirnya menjadi permainan tradisional Indonesia yang mendapat pengaruh dari budaya China. Enggrang yang mulai berkembang tahun 1960-an di Kabupaten Karawang Jawa Barat ini dikenal sebagai suatu pertunjukan yang diiringi berbagai alat musik tradisional Jawa Barat.
Enggrang terbuat dari 2 buah bambu yang tingginya mencapai dua hingga tiga meter. Sayangnya, saat ini enggrang sudah sangat jarang dimainkan, padahal dulu sempat dilombakan dengan pesertanya anak-anak.
Dalam gelaran OOTrad yang berlangsung di kampus Unpad Bandung, yang dilombakan tidak hanya marathon enggrang. Ada beberapa permainan atau olahraga tradisional yang dilombakan seperti ngaragaji awi, ngagandong boboko, nyuhun jukut, nanggung suluh, balap karung, manggul beas, dan ngagandong hui.
Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Unpad Trias Nugrahadi mengatakan kegiatan OOTrad yang ke-4 ini sebagai bentuk komitmen Unpad dalam melestarikan budaya Sunda. Meski saat ini pesertanya masih dai kalangan mahasiswa dan dosen saja. Atribut pesertanya pun sangat unik. Sebagian dari mereka mengenakan baju khas tradisional Jawa Barat.
Ngaragaji Awi, adalah lomba memotong kayu bambu dengan gergaji tangan. Setelah bambu terpotong, peserta akan melanjutkannya dengan berlari menuju kesebuah titik untuk meletakan potongan bambu tersebut, lalu kembali lagi untuk kemudian memotong bambu untuk kedua kalinya.
Nanggung Suluh, adalah lomba menggendong kayu bakar (suluh). Dua ikat kayu bakar masing-masing sebesar 15 kilo gram dipanggul lalu dibawa lari sejauh 50 meter. Peserta lomba ini harus memiliki kekuatan ekstra karena harus beradu cepat menuju finish dengan membawa beban berat.
Kegiatan urang kampung mencari rumput untuk pakan ternak juga menjadi salah satu permainan yang dilombakan. Memang, peserta tidak harus mencari rumput dikebun , karena rumput sudah disediakan panitia lomba. Lomba Nyuhun Jukut ini mirip dengan Nanggung Suluh, hanya beda barang bawaannya saja yakni rumput dalam karung. Beratnya sekitar 25 kilo gram dan harus dibawa lari sejauh 50 meter.
Nah, tiga kategori lomba tersebut lebih banyak diikuti oleh peserta pria, karena melombakan kekuatan. Dalam olimpiade olahraga tradisional itu banyak pula peserta wanitanya. Lomba yang diikuti diantaranya Ngagandong Boboko atau menggendong bakul.
Bakul itu berisi umbi-umbian dengan berat sekitar 15 kilo gram, dan harus dibawa lari sejauh 50 meter. Lomba lainnya adalah Manggul Beas atau menggendong beras. Balap karung dan Eyong yakni berjalan dengan satu kaki sementara satu kaki lainnya membawa batu kecil yang dijepit di jari-jari kaki, sejauh 25 meter.
Tingkah polah peserta lomba cukup menghibur penonton yang memadati areal olimpiade. Maklum saja , lomba ini tidak memperebutkan medali, namun lebih pada upaya pelestarian budaya Jawa Barat. Sehingga tidak jarang peserta lomba tertawa terpingkal-pingkal setiap kali membuat kesalahan. Sorak-sorai penonton semakin meramaikan lomba.
Perhelatan OOTrad ini juga dimeriahkan dengan terdapatnya stand-stand kuliner tradisional Jawa Barat seperti colenak, surabi, tahu gejrot, combro dll
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar