Senin, 13 Februari 2012

Melihat Penangkaran Kura-Kura di Ujung Genteng


Awal tahun adalah saat yang tepat untuk melihat penyu hijau (Chelonia mydas ) bertelur. Dalam siklus bertelur, hewan lucu ini akan bertelur pada bulan November hingga Maret, menyeusaikan dengan kondisi alam.

Pada bulan-bulan tersebut, angin laut sedang tidak bersahabat bagi manusia dan lebih memilih untuk menghindari laut. Kondisi inilah yang membuat penyu hijau akan menuju ke pantai untuk bertelur. Maklum, hewan ini sangat pemalu. Saat sudah berada di pantai untuk bertelur mendadak akan kembali ke laut jika melihat cahaya ataupun suara manusia. Sehingga memang gampang-gampang susah untuk dapat menyaksikan penyu bertelur.

“Biasanya kita tunggu dulu sampai mereka menggali dan mengeluarkan telur. Kalau sudah bertelur mereka tidak perduli jika ada yang datang,” ujar Abah Janawi, salah seorang penjaga di lokasi konservasi penyu Pantai Pangumbahan, Kabupaten Sukabumi, Jabar belum lama ini.

Abah yang sudah belasan tahun menjadi penjaga di penangkaran tersebut mengatakan penyu-penyu akan datang sendiri kelokasi penangkaran yang disiapkan. Mereka sepertinya sudah hafal lokasi bertelur yang aman. Meski demikian, ujarnya, banyak juga penyu yang bertelur di pasir putih sepanjang pantai Pangumbahan.

“Kalau tidak waspada maka telur-telur penyu itu akan hilang diambil warga. Jadi kalau malam kita patroli untuk memantau telur dan akan dipindahkan di penangakaran dalam lubang buatan.”

Harga telur yang mahal yakni 5 ribu per buah membuatnya menjadi buruan paling menguntungkan bagi warga sekitar. Terlebih saat ini kondisi pantai yang sedang ganas membuat nelayan tidak bisa melaut sehingga mencari penghasilan lain. Dalam satu lubang minimal akan berisi 100 buah telur. Sehingga dari satu lubang pemburu telur akan mendapatkan penghasilan hingga 500 ribu.

Selain gangguan manusia, hewan liar khususnya babi hutan sering menjaranh sarang telur penyu hijau. Bahkan dilokasi penangkaran pun sering kali didatangi hewan liar tersebut. Lokasi penagkaran memang sangat terpencil, berada di wilayah Ujung Genteng, atau pantai selatan Jabar. Lokasinya dikelilingi oleh hutan tanaman bakau dan perkebunan yang dikelola PTPN.

Upaya melestarikan penyu sebenarnya sudah sering dilakukan oleh pemerintah setempat, antara lain dengan mendirikan pusat penangkaran penyu sejak Desember tahun 2009 oleh Dinas Kelautan Kabupaten Sukabumi. Kini setelah berjalan hampir tiga tahun, upaya tersebut sudah membuahkan hasil.

Lokasi konservasi penyu hijau di pantai tersebut kini sudah mulai dikenal masyarakat luas dan menjadi daya tarik wisatawan. Meski diakui untuk mencapai lokasi penangkaran , turis harus berusaha ekstra. Jalur transportasi menuju lokasi masih sangat buruk. Terlebih pada saat musim penghujan dan angina kencang, akses jalan menuju penangkaran sering tidak bisa dilalui karena terputus banjir dan air laut yang naik ke darat.

Namun bagi pangunjung, sulitnya mencapai lokasi akan terbayarkan dengan menyaksikan langsung penyu bertelur dan melepaskan tukik (anak penyu) ke lautan.

Seperti dikatakan penjaga kawasan konservasi, waktu yang tepat untuk menyaksikan langsung penyu bertelur adalah saat malam hari. Karena penyu adalah hewan pemalu, maka ia akan menunggu saat hari gelap dan sepi untuk naik ke pantai dan bertelur.

Sejak Desember, ratusan induk penyu sudah melepaskan telurnya di pantai. Sebagian kini sudah disimpan dilokasi penetasan. Satu lubang penetasan berisi lebih dari 100 telur. Hal itu dapat diketahui dari patok-patok yang dipasang di dekat lubang. Patok dari kayu itu ditulis jumlah telur yang ada di lubang tersebut.

Saat yang tepat untuk melihat penyu bertelur adalah antara pukul 12 malam hingga menjelang fajar (subuh). Namun tidak semua pengunjung akan beruntung dapat melihat langsung proses tersebut. Tidak ada cahaya yang diperbolehkan terlihat di lokasi bertelur sehingga hanya penjaga konservasi yang akan tahu dimana ada penyu sedang mendekat ke pantai untuk bertelur.

Bukan hanya gelap gulita, pengunjung juga harus melawan dinginnya cuaca, kerasnya terjangan angin laut dan hujan yang setiap saat dapat turun tiba-tiba. Sehingga jika tetap memaksa ingin melihat penyu bertelur, anda harus mempersiapkan fisik dan membawa baju tebal atau jas hujan. Membawa makanan dan minuman sebagai pengusir lapar juga diperbolehkan asal tidak membuang sampahnya secara sembarangan.

Menyaksikan penyu bertelur memang lebih cocok bagi pengunjung dewasa, namun tidak usah khawatir bagi pengunjung anak-anak. Anak-anak pasti akan suka melihat anak penyu yang lucu-lucu.

Setiap sore, sekitar pukul 18-19, pihak pengelola konservasi akan melepaskan anak penyu kelautan. Sekali pelepasan dapat mencapai 500 ekor lebih.

“Tukik dilepas saat menjelang malam. Ini dilakukan agar mereka bisa selamat hidup dilaut. Kalau dilepaskan siang hari dijamin semuanya akan disantap predator. Disini banyak ikan besar dan burung pemakan ikan,” ujar Abah.

Nah, jika ingin melihat lucunya penyu hijau langsung di lautan, anda dapat mengunjungi Pantai Pangumbahan, Kabupaten Sukabumi, Jabar selama bulan Januari hingga Maret. Untuk mencapai lokasi tersebut lebih baik menggunakan kendaraan dengan roda besar atau tinggi. Tidak disarankan menggunakan city car. Tidak usah khawatir, jika kendaraan tidak bisa mencapai lokasi, anda bisa menggunakan jasa ojek dengan ongkos sekitar 30-50 ribuan yang dapat disewa seharian penuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar