Senin, 13 Februari 2012

Wisata Belanja di Kampung Batik Trusmi, Cirebon


Pamor kain batik kini semakin naik. Yang mengenakan pakaian ini bukan lagi orang berumur namun kaum muda pun sudah banyak yang menyukainya. Di Jawa Barat (Jabar) ada beberapa sentra produksi batik yang sudah dikenal hingga ke luar negeri. Salah satunya adalah sentra batik Trusmi yang berlokasi di Jalan Raya Plered Kabupaten Cirebon.

Trusmi adalah nama sebuah kampung batik yang sudah puluhan tahun menjadi sentra produksi batik tradisional. Meski saat ini produksi batik tradisional sudah mulai bergeser dengan produksi secara modern dan masal melalui mesin printing, produksi batik tulis atau batik cap (cetak) di Trusmi masih terus terpelihara.

Kisah membatik desa Trusmi berawal dari peranan Ki Gede Trusmi, salah seorang pengikut setia Sunan Gunung Jati ini mengajarkan seni membatik sembari menyebarkan Islam. Sampai sekarang, makam Ki Gede masih terawat baik, setiap tahun dilakukan upacara cukup khidmat, upacara Ganti Welit (atap rumput) dan Ganti Sirap setiap empat tahun.

Batik Trusmi berhasil menjadi ikon batik dalam koleksi kain nasional. Batik Cirebon sendiri termasuk golongan Batik Pesisir, namun juga sebagian batik Cirebon termasuk dalam kelompok batik keraton.

Hal ini dikarenakan Cirebon memiliki dua buah keraton yaitu Keratonan Kasepuhan dan Keraton Kanoman, yang konon berdasarkan sejarah dari dua keraton ini muncul beberapa desain batik Cirebonan klasik yang hingga sekarang masih dikerjakan oleh sebagian masyarakat desa Trusmi diantaranya seperti Mega Mendung, Paksinaga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, Simbar Kendo dan lain-lain.

Mungkin karena tetap memegang pakem tradisonal, Trusmi masih tetap bertahan dalam memproduksi batik. Meski kekhawatiran penerus perajin batik didaerah ini mulai muncul seiring minat pemuda didaerah yang lebih memilih meninggalkan kampung batik untuk merantau.

Untuk menuju Trusmi sangat mudah. Perjalanan menggunakan kendaraan umum, bus kota dari arah Bandung atau Jakarta semuanya akan melintasi sentra batik Trusmi tersebut. Memang papan nama sebagai petunjuk memasuki kampung ini tidak terlalu mencolok, hanya papan iklan penunjuk lokasi dari seng berukuran sekitar tiga meter persegi saja.

Tiba di perempatan jalan Plered Cirebon, petunjuk lebih mudah bagi yang belum pernah menyambangi tempat ini adalah adanya pasar tumpah, Pasar Plered. Pasar yang selalu ramai dan sering membuat kemacetan itu menjadi pemandangan lain bagi para wisatawan yang hendak berkunjung ke Trusmi. Biasanya jalan Plered di sekitar pasar tumpah itu akan macet pada pukul 8 hingga 10.

Memasuki kampung batik ini bisa melalui pintu utama Jalan Buyut Trusmi atau melalui Jalan Panembahan, sekitar 200 meter dari perempatan jalan Plered. Aroma lilin cair yang terbakar sangat terasa saat berada disini. Sejak memasuki tempat ini, mulai dari rumah pertama nampak beragam baju dan kain batik dipamerkan. Seluruh rumah penduduk disini nampak menjadi show room dan produksi batik. Mulai dari hanya rumah kecil sederhana hingga rumah besar yang memasang nama toko.

Jalannya memang cukup sempit, terlebih lahan parkir yang disediakan juga tidak terlalu luas. Sehingga kebanyakan pengunjung yang hendak berbelanja memarkirkan kendaraan di salah satu toko yang lahan parkirnya sedang kosong, setelah itu mereka berjalan-jelan keluar masuk rumah atau toko batik di Trusmi.

Meski demikian, berkeliling di kampung batik Trusmi dengan panjang jalan sekitar 1,5 km itu terasa sangat menyenangkan terlebih bagi yang hobi belanja baju. Selain dimanjakan dengan berbagai produk batik mulai dari yang berharga murah sekitar 50 ribuan hingga yang bernilai jutaan rupiah perbuahnya, pengunjung juga diperkenankan untuk masuk lebih dalam kedapur pembuatan batik. Ibu-ibu berusia lanjut akan dijumpai di bagian belakang shoow room , serius dengan pekerjaannya menggambar motif batik dengan canting.

Beberapa lokasi yang biasanya sering dikunjungi adalah Batik Katura, yang berlokasi persis didepan kantor dan show room koperasi batik. Disini, pemiliknya yakni Katura selalu menerima tamu dengan tanagn terbuka, termasuk menyediakan waktu untuk mengajari cara membatik.

Batik Katura hanya memproduksi batik tulis. Sehingga harganya pun lumayan mahal namun kualitasnya sangat bagus. Sehingga tidak jarang, tempat ini sering didatangi turis asing terutama dari Jepang.

Lokasi lain yang juga sering dikunjungi adalah Kampoeng Batik EB di Jalan Penambahan milik perajin batik Edi Baredi. Tempat ini sengaja dibuat seperti one stopshooping batik. Sebab selain menjual batik, lokasinya nyaman untuk beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan sepanjang pantura.

“Kalau ibunya belanja batik, suaminya bisa belanja kuliner sementara anak-anaknya bisa bermain disini,” ujar Edi belum lama ini.

Berbagai upaya memang dilakukan oleh para pengelola atau perajin batik di Trusmi untuk menarik minat pembeli. Sebab menurutnya pembeli batik tidak hanya berasal dari kota Cirebon dan sekitarnya, namuan juga berasal dari Jakarta, Bandung atau Semarang sehingga harus diberikan pelayanan yang bagus.

Selain dua tempat tersebut, ada banyak tempat lainnya yang juga dapat didatangi satu persatu untuk mendapatkan corak batik megamendung, corak khas batik Cirebon. Sebab berbelanja disini memang lebih baik tidak terburu-buru untuk mendapatkan batik yang bagus namun harga bisa ditawar.

1 komentar:

  1. mas/bak, saya punya produk batik madura apakah kalau saya mempromosikan di toko anda bisa laku? zamsul arifin. from madura

    BalasHapus