Senin, 13 Februari 2012
Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda
Bosan berliburan ke Bandung hanya untuk menikmati suasana belanja di factory outlet atau menikmati kuliner, tidak ada salahnya anda mencoba untuk menikmati udara yang sejuk di Taman Hutan Raya atau disebut dengan Tahura Djuanda.
Jika banyak yang menyatakan Bandung sudah tidak sejuk dan adem lagi, suasana di Tahura paling tidak mengekspresikan kondisi Kota Bandung tahun 1980-an. Udara yang masih bersih, pohon-pohon besar nan hijau dan kicauan burung membuat siappun akan betah berlama-lama disini.
Terletak di sebelah utara Bandung, lebih tepatnya masuk dalam wilayah Kecamatan Cicadas dan Kecamatan Lembang kabupaten Bandung Barat. Dengan luas 590 hektare ini dulunya dikenal dengan nama Taman Wisata Curug Dago hingga ditetapkan oleh Presiden Soeharto dengan nama Taman Hutan Raya Ir H Djuanda, sekitar tahun 1980.
Tahura mudah dicapai karena berada di jalan Dago yang menuju ke arah lembang. Lokasinya tidak terlalu jauh dari persimpangan jalan Dago Giri, atau sebelum belokan ke arah Dago Resort. Sebuah papan nama di pinggir jalan akan menuntun pengunjung ke lokasi hutan kota ini. Jalur lain yang bisa ditempuh adalah dari arah jalan Cikutra atau Pahlawan Kota Bandung.
Ada dua pintu masuk yang disediakan bagi pengunjung. Pengunjung yang datang menggunakan mobil diarahkan untuk masuk melalui pintu utama. Sementara bagi yang menggunakan motor atau sepeda selain dapat masuk melalui pintu utama juga disarankan masuk melalui pintu dua. Karena pengelola membolehkan pengunjung masuk menggunakan motor atau sepeda, karena lokasi wisata yang ada di dalam hutan tempatnya cukup berjauhan.
Pengunjung yang akan masuk harus membeli tiket seharga 7.500 rupiah per orang. Jika membawa motor ada tambahan 5 ribu sementara mobil 10 ribu, plus biaya asuransi 5 ratus rupiah. Pengunjung cukup sekali membayar karena tidak ada biaya tambahan lain saat menikmati sejumlah tempat tujuan wisata di dalam Tahura Djuanda.
Untuk menjelajahi kawasan Tahura Djuanda diperlukan waktu dua hingga tiga jam dengan berjalan kaki. Tidak usah khawatir anda akan kehausan atau kecapaian, sebab didalam lokasi ada beberapa tempat untuk “ngaso” berupa warung-warung lesehan. Warung menyediakan beragam minuman atau makanan kecil termasuk jagung bakar. Jadi jika sudah lelah berkeliling, makan jagung bakar sembari menikmati pemandangan hutan pinus akan menjadi penutup wisata yang cukup mengasyikan.
Tahura Djuanda merupakan taman terbesar yang pernah dibangun oleh pemerintah Hindia-Belanda berbentuk hutan lindung. Saat awal dibangun dinamakan Hutan Lindung Gunung Pulosari. Perintisan taman ini dilakukan sejak tahun 1912 bersamaan dengan pembangunan terowongan penyadapan aliran sungai Cikapundung yang kemudian dinamakan sebagai Gua Belanda.
Nama Tahura Djuanda sendiri diambil dari tokoh yang bernama Ir. R.Djoeanda Kartawidjaja yang ikut andil dalam pengembangan hutan tersebut. Sejak tahun 1960-an, Tahura Djuanda mulai ditanami dengan tanaman koleksi pohon-pohonan yang berasal dari berbagai daerah. Kerjasama pembangunan Kebun Raya Hutan Rekreasi tersebut melibatkan Kebun Raya Bogor menanam koleksi tanaman dari di Bogor.
Nama tempat ini terus berubah diantaranta pernah dinamakan Taman Wisata Curug Dago. Nama resmi Taman Hutan Raya baru dipakai tahun 1985 sejak diresmikan Presiden Soeharto.
Selain menjadi etalase tanaman pinus dan kaliandra, sejumlah fauna juga terdapat disini seperti monyet dan beragam jenis burung. Tahura juga memiliki sejumlah air terjun atau dalam bahasa setempat disebut curug. Antara lain Curug Lalay, Curug Kidang, Curug Koleang dan Curug Omas.
Di Tahura juga terdapat dua buah gua yakni disebut Gua Belanda dan Gua Jepang. Dua gua ini menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung yang datang ke tempat ini.
Tahura kini menjadi paru-paru Bandung dan sudah ditetapkan sebagai hutan kota internasional melalui konferensi TUNZA yang berlangsung di hutan Babakan Siliwangi, Kota Bandung, akhir tahun 2011 lalu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar