Senin, 13 Februari 2012
EKO WISATA di BANDUNG SELATAN : Kebun Teh Malabar
Udara dingin suatu hari di Perkebunan Teh Malabar, Kabupaten Bandung, Jabar seakan menelisik tebalnya mantel, padahal jam di tangan menunjukan pukul 11 siang. Hamparan tanaman teh nan menghijau pun tidak bisa secara lepas dilihat oleh mata karena kabut tebal mulai turun ke tanah.
Jarak pandang hanya berkisar sepuluh meter kedepan, selebihnya kabut putih nan menghitam menutupi jalanan setapak yang membelah hektaran perkebunan teh tersebut.
Namun suasana tersebut nampaknya tidak menghilangkan keceriaan anak-anak Malabar untuk berlarian , bermain diantara rimbunnya kebun teh. Mereka adalah anak warga setempat yang kesehariannya hidup dari memetik teh dan beternak sapi perah.
Menurut warga setempat, saat musim kering, kabut tidak akan setebal seperti saat musim penghujan. Sejak Desember dan diperkirakan hingga Februari nanti, kabut akan lebih sering turun. Biasanya diawali dengan hujan gerimis.
“Jadi, kalau mau ke Malabar lebih baik pakai mantel tebal atau jas hujan. Sebab hujan datang tidak bisa diprediksi, kadang hujan lalu berhenti sebentar, eh hujan lagi,”ujar Uni, warga pemetik teh dan pemilik beberapa ekor sapi perah ini.
Udara yang sejuk bahkan lebih mendekati dingin memang sangat cocok sebagai tempat untuk perkebunan teh. Malabar yang masuk dalam Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung ini terletak pada ketinggian 1.550 m diatas permukaan laut . Rata-rata suhu mencapai 16 hingga 26 derajat celcius.
Lokasi perkebunan teh ini memang cukup jauh. Setidaknya mencapai 45 kilo meter dari pusat Kota Bandung. Namun bagi warga Jakarta untuk mencapainya dapat menggunakan jalan tol Purbaleunyi dan memilih keluar di pintu tol Kopo atau Buah Batu.
Dari pintu tol Kopo atau Buah Batu, Anda harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dan sesekali dicegat kemacetan karena adanya pasar tumpah. Jika keluar tol Kopo kemacetan akan menyergap di Pasar Kopo, namun selepas itu perjalanan akan lancar hingga ke arah Banjaran. Dipertigaan Banjaran, langsung berbelok arah kanan lalu lurus hingga mencapai Pangalengan.
Sementara dari pintu tol Buah Batu, perjalanan akan tersendat saat anda melintasi Pasar Banjaran. Usai lepas dari kemacetan, perjalanan dilanjutkan dengan berbelok kekiri menuju Pangalengan.
Memasuki Pangalengan, selama perjalanan, mata anda akan segar karena di kanan dan kiri jalan nampak permadani hijau dari perkebunan teh, kebun sayur dan pepohonan.
Rambu penunjuk jalan bagi wisatawan cukup jelas. Namun jika ragu-ragu, jangan takut untuk bertanya kepada warga setempat.
Perjalan menuju lokasi wisata di Bandung Selatan mirip dengan lokasi wisata pegunungan lainnya, yakni berkelok-kelok dan sempit. Meski jalanan sudah mulus, namun Anda wajib untuk berhati-hati.
Saat hendak memasuki perkebunan teh Malabar, Anda akan disambut oleh pintu gerbang masuk yang dijaga oleh seorang hansip. Ia akan menunjukan pilihan, apakah akan berbelok ke kanan atau kekiri. Namun pilihannya sama saja, karena dua arah itu sama-sama kebun teh. Karcis masuknya sangat murah, hanya 2000 rupiah saja.
Bedanya, jika berbelok kiri, maka akan langsung betemu dengan warga masyarakat pemetik teh dan pemerah sapi. Jalan yang ditempuh memang cenderung tidak bagus, banyak berlubang. Mungkin karena lebih sering dilalui truk pengangkut teh ataupun susu dan sapi.
Sementara jika ke kanan, cocok untuk tea walk dan ada penginapan yang bisa disewa oleh wisatawan. Jalurnya jauh lebih mulus karena lebih banyak digunakan oleh para pejabat pengelola Malabar (PTPN VII).
Di tempat ini terdapat Wisma Malabar, yang aslinya dibangun pada 1894 sebagai kantor administratur perkebunan Malabar, sekaligus sebagai rumah tinggal KAR Bosscha. Bangunan lain, Wisma Melati, dibangun pada 1898.
Bangunan itu dulunya rumah tinggal wakil administratur perkebunan. Kini Wisma Melati disewakan untuk wisatawan. Rumah para pemetik teh yang dibangun pada 1890 sebagai rumah asli Sunda tempo dulu, juga masih dipertahankan keotentikannya.
Tak jauh dari Wisma Malabar, terdapat peristirahatan sekaligus makam Boscha. Makam itu terletak di hutan kecil, di tengah-tengah kebun teh. Kondisinya terawat, dikelilingi pagar, dan tanaman coleus warna-warni menghiasi halamannya.
Kini kediaman Meneer Bosscha itu telah diperbaraui lagi dan ruangannya ditambah hingga menjadi 11 kamar. Dan oleh oleh PTPN VIII Wisma Malabar dan Wisma Melati disewakan bagi para wisatawan yang ingin berkunjung dan ingin menginap di daerah ini.
Harga sewa kamar di wisma Malabar lumayan murah. Untuk kamar dilantai atas harga sewanya adalah 200 ribu hingga 400 ribu perharinya tergantung weekdays, weekend atau saat libur nasional. Harga tersebut sudah termasuk sarapan pagi untuk 2 orang.
Sementara bagi yang datang dalam jumlah banyak atau berombongan lebih baik menyewa di Wisma Melati karena dapat menampung lebih dari 40 orang. Ada empat kamar didalamnya yang dapat diisi tempat tidur secara lesehan. Harga sewanya antara 350 ribu hingga 450 ribu per hari.
Berkunjung ke Malabar memang lebih baik menginap. Karena selain perjalannya yang cukup jauh, juga anda akan lebih puas menikmati suasana dinginnya puncak Kabupaten Bandung itu. Esok paginya anda dan keluarga dapat berjalan kaki menyusur kebun teh. (tea walk) atau mengunjungi peternakan sapi perah. Pagi hari, terasa nikmat minum susu murni yang panas di antara timbunya teh Malabar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tempat Wisata Kebun Teh yang sejuk dan segar..
BalasHapusKami juga menyediakan tempat-tempat wisata yang ada di Batu Malang sesuai dengan tempat yang anda inginkan ?!
Jika ingin bergabung, hubungi kami di :
0341-582032 / 085755059965
Atau blog kami di : http://wisatabahari-lamongan.blogspot.com/