Dari seni tradisional hingga Band indie
Braga Festival yang baru berlangsung dari tanggal 23 hingga 25 September diawali dengan pawai “bebegig” atau pawai hantu-hantu sawah sehari sebelum pelaksanaan. Rtusan warga dan masyarakat mengarak para bebegig itu mulai dari Balaikota Bandung hingga menuju ke Braga.
Jumat malam sekitar pukul 20.00 WIB, Walikota Bandung Dada Rosada lalu membuka Braga Festival diareal pesawahan padi yang sengaja dibuat panitia. Lokasinya didepan gedung Sarinah yang kondisinya sudah rudak dan kotor tak terurus.
Usai dibuka, warga Bandung pun mulai memadati areal Braga untuk menikmati sejumlah pertunjukan seni. Semalam suntuk pagelaran seni tradisional Tarawangsa dari Cikalong Kab. Sumedang cukup menghibur warga yang hadir.
Keesokan harinya, Braga Festival yang mulai dibuka pukul 09.00 kembali menggeliat dengan aktifita seni dari para seniman Bandung. Braga Festival ternyata bukan hanya milik anak muda saja, sebab seniman dari berbagai usia ikut ambil bagian dalam acara ini.
Memasuki festival dari pintu masuk Jalan Asia Afrika pengunjung akan disambut dengan pameran foto berukuran besar yang memotret perilaku orang gila. Pameran ini ingin menunjukan bahwa ternyata banyak orang yang tidak beruntung di Kota Bandung seperti mereka.
Pameran foto tersebut memang agak menggangu bagi kebanyakan pengunjung, karena selain menunjukan kondisi fisik orang gila yang kotor juga terlalu fulgar. Pengunjung juga akan disambut oleh beberapa bebegig yang nampang disepanjang koridor jalan Braga.
Disini juga ada stand yang banyak dikunjungi yakni Jajanan Jadoel. Jajanan yang dijual disini memang unik dan sulit ditemukan saat ini. Seperti permen gulali, permen kayu, jenang Bandung hingga Koya, makanan ringan dari sagu.
Masuk kedalam menuju ke persimpangan Naripan- Braga, beberapa aksi seni tampil dipanggung berukuran pendek dengant inggi hanya setengah meter berukuran 5x3 meter. Beberapa musisi yang tampil di panggung ini adalah musisi tradisional seperti bobodoran dll.
Pengunjung nampak lebih padat di sepanjang Braga panjang antara Naripan hingga Braga City Walk. Pintu masuk dibuat cukup unik dengan menggunakan instalasi bambu mengerucut membentuk sebuah pintu masuk. Pengunjung akan langsung disambut dengan pameran foto yang dibuat oleh Wartawan Foto Bandung (WFB) mengambil tema suasana Bandung terkini.
Di jalan tersebut ada dua panggung, salah satu digunakan oleh komunitas Drumer Bandung serta Gitaris Bandung. Mereka ikut ambil bagian dengan memainkan keahlian mereka memukul drum dan memetik gitar. Ajang ini selain sebagai bentuk apresiasi “unjuk kabisa” juga sebegai upaya untuk menjaring anggota baru komunitas mereka.
Nampak agak unik , sejumlah musisi berumur juga nampak asyik bermain musik dengan tembang lawas berbahasa Sunda, mereka adalah kelompok Suara Midle Age Community. Komunitas ini juga aktif manggung setiap Senin, Rabu dan Kamis di Braga City Walk.
Ditengah padatnya lalu-lalang pengunjung, beberapa remaja nampak tidak canggung dengan busana mirip tokoh film kartun Jepang. Aksi Harajuku dan Cost play mereka banyak diminati oleh pengunung untuk diajak foto bareng.
Direktur Eksekutif Braga Festival 2011 Diro Aritonang tema Balik Bandung menjadi tema Braga Festival tahun ini. Yang berarti Braga Festival kali ini dipastikan benar-benar milik orang Bandung.
Secara garis besar, Braga Festival 2011 yang dilaksanakan bertepatan dengan Hari Jadi Kota Bandung ke-201 ini mengelar beberapa jenis kegiatan seperti pagelaran seni tradisional hingga musik komtemporer serta pameran produk kreatif dari kriya sampai, batik, produk FO dan kuliner.
Salah satu pagelaran musik yang menarik dalam Braga Festival kali ini adalah "Bandung Legend". Acara itu akan menampilkan sedikitnya 42 musisi legenda asal Kota Bandung yang pernah berjaya pada masanya.
Acara ini akan mengingatkan kembali dan menyambung sejarah yang sempat terputus kepada generasi baru bahwa Bandung adalah barometer musik Indonesia yang melahirkan segudang musisi handal di negeri ini.
Sementara di Cikapundung Timur puluhan Band Indie juga mendapatkan kesempatan untuk menunjukan kebolehan mereka. Bandung memang tidak akan habis menelorkan musisi nasional yang berawal dari band-band indie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar